Blog thumbnail
FILM

5 menit bacaan

Agak Laen (2024) - Film Komedi Paling Ideal. Tapi.

Rizky Viali

Rizky Viali

18 Feb 2024

Film komedi sinema pertama yang bikin aku ngakak dulu ada Marmut Merah Jambu (2014) oleh Raditya Dika. Setelah itu jarang banget ada yang bikin ngakak, mungkin Thor: Ragnarok (2017). Tapi itupun film aksi superhero. Ada nonton Rush Hour (1998) dan semua triloginya terus Ted (2012). Itu ngakak juga, sih. Tapi itu udah jadul banget. Kita mau yang fresh. Baru dibioskop. Masih hangat dan yang pasti. Dari Indonesia nggak sih!!?

BOOM 💥 ! GARA-GARA WARISAN-nya Muhadkly Acho aku tonton.

Komedi drama yang bener-bener bikin ngakak banget. Satu komedian yang aktingnya paling mencolok itu Dicky Difie. Dia memang komika, sih. Ya.. semua cast Gara-Gara Warisan (GGW) kebanyakan komedian. Tapi Dicky kaya nulis dialognya sendiri. Dia bahkan bukan akting, tapi manggung open mic dan jadi diri sendiri. Aku yakin nggak cuma dialog Dicky yang dikasih perlakuan kaya gini. Mungkin cast komedian yang lain juga. Komedi Dicky terasa natural dari dirinya sendiri, signature dia bersinar. Muhadkly Acho seperti mengambil keuntungan bekerja sama dengan komedian lain. Buat naskah se-fleksibel mungkin biar komedian punya ruang kreatif untuk lelucon mereka masing-masing.

Mungkin perlakuannya seperti ini.

  1. Kita punya naskah. Ini logline, masalah dan tujuan lalu bagi per karakter.
  2. Kasih ke cast. Reading.
  3. Develop bareng.

Karena nggak mungkin lelucon ini muncul dari penulis, kebanyakan terlalu murni dari komedian. Lalu aku yakin Muhadkly Acho mengembangkan naskah agar jadi komedi signature per-cast komika karena di film Agak Laen mereka bahkan pake nama asli mereka. Sepertinya Muhadkly Acho ingin mencoba lebih dekat lagi agar komedi signature mereka lebih keluar.

Oke, berhenti dengan teori konspirasinya. Soalnya aku nggak tahu behind the scenes mereka gimana. Sekarang mari kita fokus ke pengalaman nonton Agak Laen.

Visual

Dibandingkan GGW, Agak Laen sangat ✨filmic✨. Single (2015) oleh Raditnya Dika juga sangat estetik dan filmic. Tapi yang ngebuat Agak Laen itu berbeda, film ini merangkul interrior khas orang Indonesia. Cat tembok hijau, dapur berantakan, pasar malam. Mereka mengeksekusinya dengan pencahayaan yang standar internasional. Aku harus bilang begitu karena, bangga melihat visual mereka. Apalagi berangkat dari GGW yang satu shot mereka warp stabilizer maksa. Jadi shaky parah. Shot itu berdosa banget untuk masuk ke bioskop. Mungkin penonton dan internet lupa. Tapi tidak dengan ku.

Dapur

Shot adegan di dapur Agak Laen (2024)

Oke, lupakan shot berdosa itu. Karna Muhadkly Acho back with da bomba visuals brother! Aku suka shot pasar malam. Bahkan lebih suka shot pasar malam disini ketimbang episode karnaval Euphoria (Serial TV 2019-). Tapi jangan sampe kita bahas transisi dan shot ekstrim Euphoria disini. Aku bisa nambah 2 halaman blog kalau gitu.

Euphoria

Shot episode di karnaval Euphoria (Serial TV 2019-)

Nggak ingat juga apa yang nggak suka untuk visual.

Cerita

Kalau aku duduk mikirin seluruh cerita Agak Laen, aku bakal bilang ini kompleks tapi ada satu hal yang kusoroti dan ini ada didialog Oki dan Ibunya. Agak Laen menceritakan soal narapidana seringkali dapat stigma penjahat. Padahal ada kerumitannya juga, kebodohan dan timing yang tidak beruntung. Semua orang punya kesempatan kedua, ketiga, keempat kalau mereka berusaha berubah. Walaupun lingkungan kita yang nggak kasih kita untuk berubah, kita harus buktikan. Tapi yang jelas, JANGAN MELAKUKAN HAL KRIMINAL. Aku suka cerita setiap karakter punya tujuannya masing-masing walaupun gagal dengan tujuan awal, setidaknya mereka punya solusi masing-masing.

Tapi mungkin hal yang paling ku sadari, Agak Laen memang buat ngakak. Tapi kalau dibandingkan dengan lelucon GGW, rasanya Agak Laen lebih lemah. Bukan berarti ini gagal, tapi aku nggak tahu apa penamaan karakter pake nama asli itu efektif. Pasti ada keuntungannya juga, mungkin pas syuting nggak ada lagi salah panggil nama. Tapi kalau tujuannya untuk membawa mengeluarkan komedi signature sepertinya tidak juga.

Kalau mau dibandingin sama GGW juga, ending GGW itu cepet banget. Puncaknya nggak dapat, kalau kata orang-orang ceritanya “kurang pay off” gitu. Ending GGW terlalu cepat. Rasanya seperti landlord-mu naikin 3x lipat harga sewa tiba-tiba jadi sekarang kamu harus cepet-cepet cari tempat tinggal baru.

Dari situ aku merasa Agak Laen sangat baik. Transisi ke fase akhir lebih bisa diterima, dan aku mendapat kesan yang bagus dari film ini. Well done, Muhadkly Acho dan Tim. Agak Laen upgrade parah.

Kekurangan lain

Iklan yang buset, keras banget.

Aku merasa nonton YouTube non-premium ditengah film berlangsung. Walaupun sebentar, tapi ada 2. Tapi kurasa 2 brand ini menang banyak sih ngeliat dari angka penonton Agak Laen. Walaupun ketutup karena cerita dan visualnya bagus. Tapi kurasa iklan sebelum film mulai aja sudah banyak banget. Sekarang iklan ditengah film. Rasanya ini terlalu agresif dan eksesif.

Kesimpulan

Aku suka visualnya, yang menurutku flawless bahkan berstandar industri sesungguhnya. Kalau adapun sesuatu yang nggak kusukai dari visual, sepertinya aku memutuskan untuk melupakannya. Cerita bagus, plot yang terstruktur, ending yang paying off. Belum lagi ceritanya membungkus dari berbagai masalah. Aku suka pendekatan naskah ke cast yang ngebuat kita jadi lebih relate ke cerita.

Film ini ngebuat lebih optimis genre komedi Indonesia. Rasanya Thailand mengorbit di genre komedi dan drama lebih baik tapi munculnya film ini ngebuat kita bisa unjuk gigi. Kalau aku bisa bilang film ini yang Indonesia banget dan aku dengan senang hati rekomendasikan ke orang-orang. Agak Laen ⭐9/10.

Tulisan Lain

Tidak ada rekomendasi saat ini.

UP

cover

ULTIMATE PRESET

cube

dng

xmp

20 lebih preset untuk mewarnai hidupm.. foto dan videomu.

Email reminder Lokal Eten. Dapatkan email jika blog terbaru rilis.