Foto pake senter, karna nggak punya lighting studio. Flash, pengen punya karena sempat nebeng punya teman. Tapi selalu ada hal yang ngebuat untuk nggak jadi punya. Lighting utamaku sekarang bohlam phillips atau merk apa gitu dengan daya 27 watt yang bisa terang sampe kurang lebih 4000 Lumens.
Terus kemarin foto pake senter. Hasilnya, aku suka.
Sepanjang 7 tahun aku suka foto-foto. Awalnya pengen banget punya lighting continuous (kontinu) kaya godox atau lighting-lighting produk aputure. Lighting kontinu nggak hanya untuk foto, video juga. Mereka semua menggiurkan dengan sejuta fiturnya. Tapi karena sejuta harganya, aku mundur lagi satu langkah. Dibandingkan bohlam phillips yang mungkin 100rb-an ini udah 10x lipat lebih murah walaupun fiturnya juga 10x lipat downgrade.
“Ki!? Yakin mau pake bohlam? Kan itu CRI nya dibawah 80. Kulit manusia jadi ijo stabilo pake bohlam.”
Bener, tapi nggak sampe ijo stabilo juga. Lighting standar studio CRI nya udah diatas 95 semakin tinggi CRI semakin akurat warna yang dipantulkan sama lighting. CRI 100? Aku gatau kalau ada tapi dikepalaku CRI kan indikator true color, jadi jawabannya matahari? Tetapi, begini apapun lighting yang dipake pada akhirnya diedit juga warna gambarnya. Yang awalnya nggak akurat bikin aja jadi natural atau setidaknya sesuai seleramu. CRI rendah bukan masalah bagiku kalau masih 70-80an, lagian kebanyakan aku warnain foto nggak true color banget kok.
Kepikiran dulu pengen prioritaskan lighting daripada kamera, terus pas sudah punya lighting bohlam terang ini jadi lebih condong ke lensa lebih menarik. Mungkin itu topik untuk dilain blog.
Setelah foto pake senter ada dua hal yang aku sadari.
Ternyata aku belum perlu gear lighting studio.
Kebetulan banget senter ini sudah terang banget untuk kebutuhan indoor atau malam, belum ada keluhan “seandainya bisa lebih terang” atau “seandainya warnanya lebih akurat”. Malah aku puas sama hasilnya. Belum lagi aku punya 3D print, sekarang bisa bikin soft box sendiri kalau pengen ada attactment di depan senternya, bisa diffuser atau tint biar warna warni.
Nah, kalau outdoor mungkin bakal ragu untuk pake senter. Karena biasanya flash atau lighting kontinu standar kan bisa pakai untuk strobing, sedangkan senter ini nggak maksimal karna hanya menghasilkan 600 Lumens. Apalagi kalau diluar terik dan terang banget. Mending pake reflektor aja. Aku belum tes sih senter ini siang-siang outdoor. Tapi udah kerasa kalau cuma 600 mungkin ngangkat shadow nggak signifikan.
Hobi ini nggak harus mahal.
Ketika aku mikir “seandainya ini lebih terang, lebih akurat” dari situ aku ngerasa hobi ini menjadi mahal dan terbatas. Begitu mikirin alternatif untuk membuat hasil yang sama disitu hobi ini jadi seru dan nggak mahal. Pada akhirnya keterbatasan membuat kita lebih kreatif, formulasi ini selalu berulang-ulang aku temukan hampir disetiap proyek yang ku kerjain. Makna kreatif jadi lebih dekat dengan kata alternatif ketimbang ‘daya cipta baru’. Setidaknya untuk kebutuhan cuma upload sosial media dan nggak perlu tahu gear apa yang dipake, nggak perlu gear kece kece deh. Penting hasil akhir, kan?
Aku kasih link siapa tahu penasaran sama senternya. Klik disini untuk lihat senternya.